DUNIAQU – Ada banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya bejolan di belakang telinga. Misalnya akibat infeksi atau pembengkakan kelenjar getah bening.
Sebagian penyebab benjolan itu ada yang dikategorikan berbahaya, dan ada juga yang tidak berbahaya. Yang perlu diwaspadai jika benjolan itu disertai keluhan sakit lain.
Keluhan itu seperti diantaranya nyeri telinga, telinga berdenging, pendengaran terganggu, pusing atau vertigo, demam, sulit menelan, hingga sakit kepala.
Jika mengalami benjolan dan merasakan keluhan seperti itu maka hendaknya segera ke Dokter untuk melakukan pemeriksaan.
Karena bisa jadi benjolan itu menandakan adanya masalah pada telinga, tenggorokan, atau hidung yang mengakibatkan pembengkakan di belakang telinga.
Melansir artikel di laman Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga(Ners Unair), benjolan di belakang telinga sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus atau penyakit tertentu.
Contoh infeksi yang bisa memicu munculnya benjolan tersebut adalah radang tenggorokan, mononukleosis, campak, cacar, bahkan HIV/AIDS.
Sedangkan contoh penyakit tertentu yang dapat menyebabkkan benjolan di belakang telinga diantarantanya adalah ;
1. Lipoma.
Benjolan lemak yang tumbuh di antara lapisan kulit. Benjolan ini bisa tumbuh di mana saja, termasuk di belakang telinga, dan umumnya tidak berbahaya.
2. Jerawat atau bisul.
3. Kista Sebasea, benjolan yang tidak bersifat kanker.
4. Otitis media dan interna.
Infeksi di telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga yang terletak di belakang gendang telinga. Infeksi ini biasanya menyebabkan penumpukan cairan di telinga, rasa sakit pada telinga, dan pembengkakan di bagian belakang telinga.
Otitis media yang sering kambuh dan tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi, seperti infeksi telinga bagian dalam (otitis interna), kehilangan pendengaran, gendang telinga pecah, tumor di dalam telinga yang disebut kolesteatoma, dan meningitis.
Oleh karena itu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter THT jika Anda mengalami gejala yang mengarah pada otitis media. Untuk mengobati infeksi bakteri pada telinga, dokter biasanya akan memberikan antibiotik dan obat tetes telinga.
5. Mastoiditis.
Yaitu peradangan pada tulang mastoid. Tulang di belakang telinga yang berperan dalam proses pendengaran. Salah satu tanda mastoiditis adalah benjolan di belakang telinga. Gejala ini biasanya disertai sakit kepala dan keluar nanah atau cairan dari dalam telinga.
Mastoiditis sering kali disebabkan oleh otitis media yang tidak segera diobati, sehingga bakteri dari rongga telinga bagian tengah menyebar ke tulang mastoid. Mastoiditis dapat diobati dengan antibiotik, obat tetes telinga, atau dengan membersihkan telinga ke dokter.
Jika metode tersebut tidak berhasil, operasi mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
6. Abses.
Yaitu benjolan yang berisi nanah muncul ketika tubuh melawan kuman penyebab infeksi. Saat memerangi bakteri, tubuh mengirim sel darah putih ke area tubuh yang terinfeksi, misalnya di belakang telinga.
Bakteri dan sel darah putih yang mati akan menumpuk dalam bentuk nanah dan mengakibatkan benjolan di belakang telinga.
Abses yang kecil kemungkinan akan mengecil, mengering, dan hilang secara alami tanpa diobati. Namun, abses yang lebih besar perlu diobati dengan antibiotik, dan nanahnya perlu dikeluarkan dengan bantuan dokter.
7. Limfadenopati.
Limfadenopati adalah kondisi ketika terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening sendiri tersebar di berbagai bagian tubuh, dan salah satunya di belakang telinga. Ketika kelenjar getah bening yang ada di belakang telinga membengkak, maka akan tampak benjolan di area tersebut.
Pembengkakan kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau bahkan kanker. Pengobatan kondisi ini tentu saja tergantung pada penyebabnya. Meski terkadang dapat pulih tanpa diobati, benjolan di belakang telinga yang disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening tetap perlu diperiksakan ke dokter.
8. Kanker.
Salah satu penyebab munculnya benjolan di belakang telinga yang patut diwaspadai adalah kanker nasofaring. Selain benjolan di belakang telinga, kanker ini juga bisa menimbulkan benjolan di leher atau tenggorokan.
Kanker ini sering kali tidak bergejala pada tahap awalnya. Namun seiring berkembangnya penyakit, dapat muncul benjolan di belakang telinga yang diiringi gejala lain, seperti:
-Sulit
-Nyeri telinga.
-Pilek yang tidak kunjung sembuh.
-Sering mimisan.
-Gangguan pendengaran.
-Bercak atau sariawan di mulut yang tidak kunjung menghilang.
-Suara menjadi serak
-Nyeri pada leher atau rahang.
-Penurunan berat badan.
Itulah beberapa jenis infeksi dan penyakit tertentu yang dapat menyebabkan benjolan di belakang telinga.
Ketika Anda menemukan benjolan itu cobalah untuk meraba dan merasakannya. Jika benjolan terasa lunak dan mudah bergerak, ada kemungkinan benjolan tersebut adalah lipoma.
Bila benjolan terasa lunak dan nyeri saat disentuh, bisa jadi benjolan tersebut adalah jerawat atau abses.
Perhatikan pula apakah terdapat gejala lain yang menyertai munculnya benjolan. Misalnya bila benjolan disertai demam atau menggigil, ada kemungkinan Anda mengalami infeksi. Kondisi ini harus segera mendapat penanganan Dokter.***